Jumat, 22 April 2011

EKLAMSI

Batasan

Eklamsi adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklamsi (hipertensi, edems, proteinuri) (Wirjoatmodjo, 1994: 49).

Eklamsi merupakan kasus akut, pada penderita dengan gambaran klinik pre eklamsi yang disertai dengan kejang dan koma yang timbul pada ante, intra dan post partum (Angsar MD, 1995: 41) .


Patofisiologi

Penyebabnya sampai sekarang belum jelas. Penyakit ini dianggap sebagai suatu “ Maldaptation Syndrom” dengan akibat suatu vaso spasme general dengan akibat yang lebih serius pada organ hati, ginjal, otak, paru-paru dan jantung yakni tejadi nekrosis dan perdarahan pada organ-organ tersebut. (Pedoman Diagnosis dan Terapi, 1994: 49)

Pembagian Eklamsi

Berdasarkan waktu terjadinya eklamsi dapat dibagi menjadi:
Eklamsi gravidarum

Kejadian 50-60 % serangan terjadi dalam keadaan hamil

2. Eklamsi Parturientum

Kejadian sekitar 30-35 %, terjadi saat inpartu dimana batas dengan eklamsi gravidarum sukar dibedakan terutama saat mulai inpartu.
Eklamsi Puerperium

Kejadian jarang sekitar 10 %, terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir. ( Manuaba, 1998: 245)







Gejala Klinis Eklamsi

Gejala klinis Eklamsi adalah sebagai berikut:
Terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih

a) Kejang-kejang atau koma

Kejang dalam eklamsi ada 4 tingkat, meliputi:

1) Tingkat awal atau aura (invasi)

Berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat (pandangan kosong) kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar kekanan dan kekiri.

2) Stadium kejang tonik

Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku tangan menggenggam dan kaki membengkok kedalam, pernafasan berhenti muka mulai kelihatan sianosis, lodah dapat trgigit, berlangsung kira-kira 20-30 detik.

3) Stadium kejang klonik

Semua otot berkontraksi dan berulang ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar, menarik mafas seperti mendengkur.

4) Stadium koma

Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma. (Muchtar Rustam, 1998: 275)
Terdapat tanda-tanda pre eklamsi ( hipertensi, edema, proteinuri, sakit kepala yang berat, penglihatan kabur, nyeri ulu hati, kegelisahan atu hiperefleksi)

a) Kadang kadang disertai dengan gangguan fungsi organ (Wirjoatmodjo, 1994: 49) .


Pemeriksaan dan Diagnosis

Diagnosis eklamsi dapat ditegakkan apabila terdapat tanda-tanda sebagai berikut:
Berdasarkan gejala klinis diatas

Pemeriksaan laboratorium meliputi adanya protein dalam air seni, fungsi organ hepar, ginjal dan jantung, fungsi hematologi atau hemostasis

Konsultasi dengan displin lain kalau dipandang perlu

a Kardiologi

b Optalmologi

c Anestesiologi

d Neonatologi dan lain-lain

(Wirjoatmodjo, 1994: 49)

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari kehamilan yang disertai kejang-kejang adalah:

1. Febrile convulsion ( panas +)

2. Epilepsi ( anamnesa epilepsi + )

3. Tetanus ( kejang tonik atau kaku kuduk)

4. Meningitis atau encefalitis ( pungsi lumbal)

Komplikasi Serangan

Komplikasi yang dapat timbul saat terjadi serangan kejang adalah:

1. Lidah tergigit

2. Terjadi perlukaan dan fraktur

3. Gangguan pernafasan

4. Perdarahan otak

5. Solutio plasenta dan merangsang persalinan

( Muchtar Rustam, 1995:226)







Bahaya Eklamsi
Bahaya eklamsi pada ibu

Menimbulkan sianosis, aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru, tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan kegagalan jantung mendadak, lidah dapat tergigit, jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktura dan luka-luka, gangguan fungsi ginjal: oligo sampai anuria, pendarahan atau ablasio retina, gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikterus.
Bahaya eklamsi pada janin Asfiksia mendadak, solutio plasenta, persalinan prematuritas, IUGR (Intra Uterine Growth Retardation), kematian janin dalam rahim (Pedoman Diagnosis dan Terapi, 1994: 43).


Prognosa

Eklamsi adalah suatu keadaan yang sangat berbahaya, maka prognosa kurang baik untuk ibu maupun anak. Prognosa dipengaruhi oleh paritas, usia dan keadaan saat masuk rumah sakit. Gejala-gejala yang memberatkan prognosa dikemukakan oleh Eden adalah:

1. Koma yang lama

2. Nadi diatas 120 per menit

3. Suhu diatas 39°C.

4. Tensi diatas 200 mmHg

5. Lebih dari sepuluh serangan

6. Priteinuria 10 gr sehari atau lebih

7. Tidak adanya oedema. ( M Dikman A, 1995: 45)

Penatalaksanaan

Prinsip pengobatan eklamsia pada ibu nifas adalah menghentikan kejang kejang yang terjadi dan mencegah kejang ulang.
Konsep pengobatan

Menghindari tejadinya kejang berulang, mengurangi koma, meningkatkan jumlah diuresis.
Obat untuk anti kejang

MgSO4 ( Magnesium Sulfat) Dosis awal: 4gr 20 % I.V. pelen-pelan selama 3 menit atau lebih disusul 10gr 40% I.M. terbagi pada bokong kanan dan kiri.

Dosis ulangan : tiap 6 jam diberikan 5 gr 50 % I.M. diteruskan sampai 6 jam pasca persalinan atau 6 jam bebas kejang.

Syarat : reflek patela harus positif, tidak ada tanda-tanda depresi pernafasan ( respirasi >16 kali /menit), produksi urine tidak kurang dari 25 cc/jam atau 150 cc per 6 jam atau 600 cc per hari.

Apabila ada kejang lagi, diberikan Mg SO 4 20 %, 2gr I.V. pelan-pelan. Pemberian I.V. ulangan ini hanya sekali saja, apabila masih timbul kejang lagi maka diberikan pentotal 5 mg / kg BB / I.V. pelan-pelan.

Bila ada tanda-tanda keracunan Mg SO 4 diberikan antidotum glukonas kalsikus 10 gr % 10 cc / I.V pelan-pelan selama 3 menit atau lebih.

Apabila diluar sudah diberi pengobatan diazepam, maka dilanjutkan pengobatan dengan MgSO 4

Minggu, 17 April 2011

Presentasi bokong

Presentasi bokong adalah letak memanjang dengan bagian terbawah bokong.
Presentasi bokong memiliki angka kejadian sekitar 3-8% dari seluruh persalinan pervaginam. Dengan adanya presentasi bokong, ibu memiliki resiko lebih besar untuk terjadinya komplikasi selama proses persalinan dibandingkan presentasi kepala


Etiologi:
Faktor Janin: Kembar, hidrosefalus, anensefali, oligohidramnion, polihidramnion.
Faktor Ibu: Uterus abnormal (uterus bikornus), uterus kendor, plasenta previa, plasenta di fundus
Macam presentasi bokong:
1. Presentasi Bokong murni
2. Presentasi Bokong Kaki / bokong sempurna
3. Presentasi lutut
4. Presentasi Kaki
Ad.1. Presentasi bokong murni (frank breech presentation)
Bagian terbawah adalah bokong saja, sendi paha dan sendi lutut dalam keadaan ekstensi
Presentasi bokong murni adalah yang tersering pada presentasi bokong

gambar1. presentasi bokong murni / frank breech presentation

Ad.2. Presentasi Bokong Kaki (Complete breech presentation)
Bagian Terbawah adalah bokong, dengan kaki disampingnya, sendi paha dan sendi lutut dalam keadaan ekstensi


Gambar 2. Presentasi bokong sempurna / complete breech presentation
Terbagi lagi menjadi 2:
- Presentasi bokong kaki sempurna : bagian terbawah ada bokong dan dua kaki
- Presentasi bokong kaki tidak sempurna : bagian terbawah ada bokong dan satu kaki
Ad.3. Presentasi lutut
Bagian terbawah adalah lutut
Terbagi lagi menjadi 2:
- Presentasi lutut sempurna : bagian terbawah adalah kedua lutut
- Presentasi lutut tidak sempurna : bagian terbawah hanya ada satu lutut
Ad.4. Presentasi Kaki
Bagian terbawah adalah kaki
Gambar 3. Presentasi kaki

Terbagi lagi menjadi 2:
- Presentasi kaki sempurna : bagian terbawah adalah kedua kaki
- Presentasi kaki tidak sempurna : bagian terbawah hanya ada satu kaki
Kriteria persalinan Pervaginam pada presentasi bokong:
1. Presentasi bokong murni, presentasi bokong kaki
2. Tafsiran berat janin pada primi : < 3500g, pada multigravida <4000g
3. Panggul luas
4. Zatuchni Andros > 4
5. Plasenta tidak dibawah
Kriteria section cesarean pada bokong:
1. Panggul sempit, DKP
2. Janin besar
3. Preterm sudah inpartu
4. Ketuban pecah > 12 Jam
5. Zatuchni Andros <4
6. Cacat rahim (bekas SC)
7. Tafsiran berat janin pada primi > 3500g, pada multi >4000g
8. Plasenta previa
9. Presentasi lutut/kaki
10. Kepala dalam posisi hiperekstensi
11. IUGR

Teknik persalinan bokong:
1. Persalinan Spontan (spontan bracht)
Persalinan berlangsung dengan tenaga ibu sendiri , tanpa manipulasi penolong

Gambar 4. Persalinan dengan spontan Bracht

2. Ekstraksi Parsial
Ekstraksi parsial dilakukan jika persalinan sontan tidak berhasil, atau jika scapula inferior tidak terlihat setelah ibu mengedan sebanyaki 2-3 kali.
Fase persalinan pada ekstraksi parsial:
1. Fase lambat
Fase dimana penolong menunggu dengan sabar lahirnya bokong sampai umbilicus, setelah itu tali pusat dikendorkan
2. Fase Cepat
Fase dimana penolong harus bertindak cepat, mulai dari lahirnya umbilicus sampai lahirnya mulut, maksimal waktu adalah 8 menit
3. Fase Lambat
Fase mulai dari lahirnya mulut, sampai berturut turut lahir hidung, dahi dan seluruh kepala.

Ekstraksi Parsial dapat dilakukan dengan tiga cara:
1. Cara Klasik
Prinsipnya adalah melahirkan bahu belakang terlebih dahulu. Untuk melahirkan bahu belakang, kedua kaki dipegang dengan satu tangan, di tarik cunam ke atas sejauh mungkin , dan tangan yang satu lagi melahirkan tangan belakang.


2. Cara Muller
Prinsipnya adalah melahirkan bahu depan terlebih dahulu, kedua tangan penolong memegang panggul bayi secara femuro-pelvik dan ditarik cunam ke bawah sampai bahu depan lahir, kemudian ditarik ke atas untuk melahirkan bahu belakang




3. Cara Lovset
Prinsipnya adalah melahirkan bahu depan dengan cara memutar badan janin 180 derajad, kemudian setelah bahu depan lahir, badan janin diputar lagi ke arah berlawanan untuk melahirkan bahu belakang


3. Ekstraksi Total
Ada dua macam ekstraksi total, ekstraksi bokong dan ekstraksi kaki.
Ekstraksi bokong dilakukan jika bokong sudah berada di dasar panggul,
sedangkan ekstraksi kaki dilakukan pada presentasi kaki, atau bokong masih dapat dibebaskan dari pintu atas panggul. Kaki diturunkan dengan cara Pinard




Melahirkan Janin dengan Lengan Menunjuk (Nuchal Arm)
Kadang ada kalanya bahu janin tidak dapat lahir yang disebabkan karena lengan yang tersangkut dalam posisi menunjuk (nuchal arm). Lengan menunjuk maksudnya adalah posisi salah satu lengan berada di belakang leher janin dan menunjuk ke suatu arah. Untuk melahirkan janin dengan kondisi seperti ini , dapat digunakan kombinasi antara cara Klasik dan Lovset, yaitu cara BICKENBACH’s.
Cara Bickenbach’s dilakukan dengan cara:
--> Bila yang menunjuk adalah lengan depan:
Kedua tangan penolong mencengkam badan janin sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong berada di punggung ianin dan sejajar sumbu panjang janin. Kemudian penolong memutar badan janin ke arah panggul , atau ke arah dimana lengan janin menunjuk, sehingga lengan yang tadinya berada di belakang leher menjadi di depan dada janin , dan menjadi lengan belakang (berada di sacrum). Setelah ini lengan belakang dilahirkan dengan cara klasik. Setelah itu baru melahirkan bahu depan , yang dapat juga dilahirkan dengan cara klasik.

--> Bila yang menunjuk adalah lengan belakang:
Caranya hamper sama dengan bila yang menunjuk adalah lengan depan, namun kedua tangan penolong mencengkam badan janin sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong berada di dada janin dan sejajar sumbu panjang janin. Kemudian penolong memutar badan janin ke arah panggul , atau ke arah dimana lengan janin menunjuk, sehingga lengan yang tadinya berada di belakang leher menjadi di depan dada janin , dan menjadi lengan belakang (berada di sacrum). Setelah ini lengan belakang dilahirkan dengan cara klasik. Setelah itu baru melahirkan bahu depan , yang dapat juga dilahirkan dengan cara klasik.

Melahirkan Kepala
Untuk melahirkan kepala, dapat dilakukan dengan cara Mauriceau. Cara ini dilakukan dengan cara tangan kiri penolong masuk ke dalam vagina mencari mulut janin, setelah ketemu, jari tengah dimasukkan ke dalam mulut janin, dan jari telunjuk dan jari manis diletakkan pada fossa kanina sehingga dapat menahan kepala janin tetap dalam keadaan fleksi. Badan janin ditopang di tangan kiri penolong sehingga janin tampak seperti menunggang kuda.
Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan mencengkam leher janin dari arah punggung . Setelah itu dilakukan traksi cunam ke bawah, sampai terlihat occiput sebagai hipomoklion, baru dilakukan traksi cunam ke atas, sehingga lahirlah berturut turut mulut, hidung, mata , dahi.








Perawatan antenatal pada presentasi bokong.
Pada Primigravida:
- Pada usia kehamilan 30-32 minggu, dapat dianjurkan untuk melakukan knee chest position selama 10 menit, sebanyak 3 kali sehari
- Pasien diminta dating kembali 2 minggu kemudian
- Pada usia kehamilan 34-36 minggu, bisa dicoba untuk melakukan versi luar, dengan syarat: (1) ketuban belum pecah (2) janin belum masuk pintu atas panggul, (3) tersedia fasilitas kamar operasi darurat jika terjadi gawat janin dan seksio sesarea harus segera dilakukan.
Pada Multigravida:
- Pada usia kehamilan 32-34 minggu, dapat dianjurkan untuk melakukan knee chest position selama 10 menit, sebanyak 3 kali sehari
- Pasien diminta dating kembali 2 minggu kemudian
- Pada usia kehamilan 36-38 minggu, bisa dicoba untuk melakukan versi luar, dengan syarat: (1) ketuban belum pecah (2) janin belum masuk pintu atas panggul, (3) tersedia fasilitas kamar operasi darurat jika terjadi gawat janin dan seksio sesarea harus segera dilakukan.