Kamis, 27 Januari 2011

Dermatosis Akibat Kerja

Yang dimaksud dengan dermatosis akibat kerja ialah proses
patologis kulit yang timbul pada waktu melakukan pekerjaan dan
pengaruh-pengaruh yang terdapat di dalam lingkungan kerja.
Dari batasan ini terlihat bahwa penyakit kulit akibat kerja
ini boleh disebut sebagai gejala sampingan usaha manusia atau
sebagai buatan manusia. Oleh karena itu manusia dituntut untuk
mencegah atau memperkecil kemungkinan terjadinya dengan
menerapkan teknologi pengendalian.
PENYEBAB/ETIOLOGI
Penyakit kulit akibat kerja dapat disebabkan oleh 4 faktor:
1) Faktor kimiawi, dapat berupa iritasi primer, alergen atau
karninogen.
2) Faktor mekanis/fisik, seperti getaran, gesekan, tekanan,
trauma, panas, dingin, kelembaban udara, sinar radioaktif.
3) Faktor biologis, seperti jasad renik (mikroorganisme) hewan
dan produknya, jamur, parasit dan virus.
4) Faktor psikologis (kejiwaan); ketidakcocokan pengelolaan
perusahaan sering membuat konflik di antara pegawai dan dapat
menimbulkan gangguan pada kulit seperti neurodermatitis.
Sebenarnya kulit mempunyai fungsi untuk mempertahankan
diri dari serangan/rangsangan luar. Epidermis berfungsi meng-
hambat penguapan air yang berlebihan dari tubuh, menghambat
penyerapan berlebihan dari luar. Pigmen di dalam kulit me-
lindungi tubuh dari pengaruh sinar matahari. Selain itu kulit
mengandung kelenjar keringat dan pembuluh darah yang ber-
fungsi sebagai alat penjaga keseimbangan cairan tubuh, mem-
permudah timbulnya kelainan kulit.
DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit kulit akibat
kerja, sebagaimana penyakit lain, dilakukan:
a) Anamnesis
b) Pemeriksaan klinis
c) Pemeriksaan laboratorik
d) Percobaan tempel/uji tempel
a) Anamnesis
Yang perlu ditanyakan antara lain ialah :
·
Apakah sudah ada penyakit kulit sebelum masuk kerja di
perusahaan yang sekarang.
·
Jenis pekerjaan penderita.
·
Pengaruh libur/istirahat terhadap penyakitnya.
·
Apakah ada karyawan lain menderita penyakit yang sama.
·
Riwayat alergi penderita atau keluarganya.
·
Prosedur produksi di tempat kerja dan bahan-bahan yang
digunakan di tempat pekerjaan.
·
Apakah kelainan terjadi di tempat-tempat yang terpajan.
·
Bahan yang dipakai untuk membersihkan kulit dan alat
proteksi yang dipakai.
·
Lingkungan pekerjaan, tempat kerja terutama mengenai ke-
bersihan dan temperatur.
·
Kebiasaan atau hobi penderita yang mendorong timbulnya
penyakit, dan lain-lain.
b) Pemeriksaan klinis
Pertama-tama tentukan lokalisasi kelainan apakah sesuai
dengan kontak bahan yang dicurigai; yang tersering ialah daerah
yang terpajan, misalnya tangan, lengan, muka atau anggota
gerak.
Kemudian tentukan ruam kulit yang ada, kelainan kulit yang
akut dapat terlihat berupa eritem, vesikel, edema, bula, dan
eksudasi. Kelainan kulit yang kronis berupa hiperpigmentasi,
likenifikasi, kering dan skuamasi. Bila ada infeksi terlihat pustu-
lasi. Bila ada penumbuhan tampak tumor, eksudasi, lesi verukosa
atau ulkus.
c) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah, urine, tinja hendaknya dilakukan secara
lengkap. Bila ada infeksi bakteri hendaknya pus atau nanah
dibiak dan selanjutnya dilakukan tes resistensi. Bila ada jamur
perlu diperiksa kerokan kulit dengan KOH 10% dan selanjutnya
dibiak dalam media Sabouraud agar.
Pemeriksaan biopsi kulit kadang-kadang perlu dilakukan.
d) Uji tempel
Karena dermatosis akibat kerja sebagian besar berbentuk
dermatitis kontak alergis (80%) maka uji tempel perlu dikerjakan
untuk memastikan penyebab atergennya.
Bahan tersangka dilarutkan dalam pelarut tertentu dengan
konsentrasi tertentu. Sekarang udah ada bahan tes tempel yang
sudah standar dan disebut unit uji tempel; unit ini terdiri atas filter
paper disc, yang dapat mengabsorbsi bahan yang akan diuji.
Bahan yang akan diuji diteteskan di atas unit uji tempel, kemu-
dian ditutup dengan bahan impermeabel, selanjutnya ditutup lagi
dengan plester yang hipoalergis. Pembacaan dilakukan setelah
48, 72 dan 96 jam. Setelah penutup dibuka, ditunggu dahulu
15­30 menit untuk menghilangkan efek plester.
Hasil 0 : bila tidak ada reaksi.
+
: bila hanya ada eritema
++
: bila ada eritema dan papul.
+++ : bila ada eritema, papul dan vesikel.
++++ : bila ada edema, vesikel.
Dalam penilaian ini harus dapat dibedakan antara reaksi
iritasi dan reaksi alergi, reaksi negatif semu dan reaksi positif
semu, untuk itu diperlukan pengalaman dan penilaian khusus.
BENTUK-BENTUK DERMATOSIS AKIBAT KERJA
Dermatitis kontak
1) Dermatitis kontak iritan
Dapat disebabkan oleh bahan iritan absolut seperti asam
kuat, basa kuat, garam logam berat dengan konsentrasi kuat dan
bahan iritan relatif, seperti sabun, deterjen, dan pelarut organik.
Dermatitis kontak oleh karena iritan absolut biasanya timbul
seketika setelah berkontak dengan iritan, dan semua orang akan
terkena. Sedangkan dermatitis kontak karena iritan relatif dapat
timbul sesudah pemakaian bahan yang lama dan berulang, dan
seringkali baru timbul bila ada faktor fisik berupa abrasi, trauma
kecil dan maserasi; oleh karena itu sering disebut traumatic
dermatitis. Kelainan yang timbul biasanya berupa hiperpigmen-
tasi, hiperkeratosis, likenifikasi, fisur dan kadang-kadang eritem
dan vesikel.
2) Dermatitis kontak alergis
Biasanya disebabkan oleh bahan dengan berat molekul ren-
dah yang disebut hapten. Kelainan kulit terjadi melalui proses
hipersensitivitas tipe IV atau proses alergi tipe lambat (Gell &
Coombs).
Hapten bergabung dengan protein pembawa menjadi aler-
gen lengkap. Alergen Iengkap difagosit oleh makrofag dan me-
rangsang limfosit yang ada di kulit yang mengeluarkan limfosit
aktivasi faktor (LAF). Sel limfosit kemudian berdiferensiasi
membentuk subset sel limfosit T memori (sel Tdh) dan sel
limfosit T helper dan sel T suppresor. Sel T memori ini bila me-
nerima informasi alergen yang sudah dikenal masuk ke dalam
kulit, maka sel Tdh akan mengeluarkan limfokin (faktor sito-
toksis, faktor inhibisi migrasi, faktor kemotaktik dan faktor
aktivasi makrofag. (Diagram).
Diagram
Dengan dilepaskannya berbagai faktor m maka akan ter-
jadi pengaliran sel mas dan sel basofil, ke arah lesi, dan timbul-
lah proses radang yang merupakan manifestasi reaksi dermatitis
kontak alergis.
Gambaran klinis umumnya berupa papul, vesiket dengan
dasar eritem dan edema, disertai rasa gatal.
Dalam perusahaan sering ditemukan beberapa bahan kimia
yang mempunyai gugusan rumus kimia yang sama. Apabila
Tabel 1. Perbedaan Dennatitis Kontak Iritan (DKI) dan Dermatitis Kon-
tak
Alergis
(DKA)
DKI DKA
1.
2.
3.
4.
4.
Penyebab
Permulaan penyakit
Penderita
Kelainan Wit
Uji tempel
Iritan primer
Kontak pertama
Semua orang
Hebat: eritem, bula
batas tegas
Eritem berbatas tegas,
bila uji tempel
diangkat reaksi
berkurang
Alergen = sensitizer
Kontak berulang
Orang yang sudah alergis
Ringan, tidak akut,
eritem, erosi, batas tidak
tegas
Eritem tidak berbatas
tegas; bila uji tempel
diangkat reaksi menetap
atau bertambah.
pekerja sudah sensitif terhadap suatu zat kimia, maka ia akan
mudah menjadi sensitif terhadap zat-zat lain yang mempunyai
rumus kimia yang bersamaan, misalnyaprokain, benzokain, para
aminobensen mempunyai gugus bensen yang sama. Apabila
seseorang sensitif terhadap prokain maka akan lebih mudah
sensitif terhadap benzokain atau PABA; ini disebut sensitisasi
silang.
Pengetahuan sensitisasi silang ini sangat penting untuk
menentukan penempatan seseorang pegawai. Yang sudah sen-
sitif terhadap suatu zat, jangan lagi ditempatkan pada tempat
yang mengandung bahan yang mempunyai rumus kimia serupa.
Contoh yang mempunyai rumus kimia yang sama ialah:
·
Rhus antigen : poison ivy, poison sumac, mangga, Japanese
decyl catechol.
·
Streptomisin, kanamisin, kiomisin.
·
Fenotiazin : prometazin, khlorpromazin, biru metilen.
Reaksi fotosensitisasi
1) Reaksifototoksik
Reaksi fototoksik terjadi karena adanya bahan iritan, tetapi
baru dapat timbul dengan bantuan sinar matahari (sinar ultra
violet); bentuk klinisnya sama seperti dermatitis kontak iritan.
Reaksi fotoiritan dapat timbul karena bahan pengawet kayu atau
residu beberapa zat lem kayu dan keramik.
2) Reaksifotoalergi
Reaksi fotoalergi terjadi oleh karena bahan photosensitizer,
dibantu dengan sinar ultraviolet dengan panjang gelombang
320­425 nm.
Bentuk klinis reaksi fotoalergis umumnya menyerupai
dermatitis kontak alergis. Daerah tubuh yang terkena terutama
bagian tubuh yang terpajan matahari seperti dahi, pipi, dan
lengan bagian luar. Reaksi fotoalergi dapat timbul karena bahan
seperti ter kayu, obat antihistamin topikal, zat warna, dan lain-
lain.
Kelainan oleh karena faktor fasik
a) Luka bakar (karena panas) dalam bentuk luka bakar tingkat
I, II, dan III.
b) Cold urticaria timbul oleh karena dingin.
c) Immersion foot timbul bila kaki terlampau lama terendam
dalam air dingin, tanpa menjadi beku tetapi timbul gangren.
d) Frostbite/congelatio, radang kedinginan, kulit terasa sakit,
menjadi bengkak, pucat, mengeluarkan cairan serous
e) Radiodermatitis, dapat berupa eritem, ulserasi, dan hiper-
pigmentasi, actinic keratosis atau permulaan keganasan.
f) Heat rash, miliaria rubra; kulit menjadi merah disertai
papulovesikel yang milier.
Kelainan karena faktor biologis
Dapat berupa infeksi kulit. Yang disebabkan oleh bakteri
dapat menimbulkan folikulitis, akne, pioderma atau ulkus pio-
genik. Yang disebabkan oleh jamur ialah dermatofitosis dan
yang disebabkan kandida menyebabkan kandidiasis.
PENGOBATAN
Tindakan pertama ialah memutuskan mata rantai kontak
dengan penderita, selanjutnya dapat diberikan pengobatan yang
sesuai dengan jenis penyakitnya.
Bila kelainan kulit akut dapat diberi obat kompres, sampai
eksudasi kering. Sesudah itu dapat dilanjutkan dengan diberi
salep yang mengandung kortikosteroid. Bila ada infeksi sekun-
der dapat diberi antibiotika seperti tetrasiklin atau eritromisin.
Bila ada infeksi jamur diberi obat anti jamur.
PENCEGAHAN
Prevalensi dermatosis akibat kerja dapat diturunkan melalui
pencegahan yang sempurna; antara lain:
1) Pendidikan
Diberi penerangan atau pendidikan pengetahuan tentang
kerja dan pengetahuan tentang bahan yang mungkin dapat me-
nyebabkan penyakit akibat kerja. Selai itu, cara mempergunakan
alat dan akibat buruk alat tersebut harus dijelaskan kepada
karyawan.
2) Memakai alat pelindung
Sebaiknya para karyawan diperlengkapi dengan alat pe-
nyelamat atau pelindung yang bertujuan menghindari kontak.
dengan bahan yang sifatnya merangsang atau karsinogen. Alat
pelindung yang dapat dipergunakan misalnya baju pelindung,
sarung tangan, topi, kaca mata pelindung, sepatu, krim pelin-
dung, dan lain-lain.
3) Melaksanakan uji tempel/uji tempel foto
Maksudnya ialah mengadakan uji tempel pada calon pekerja
sebelum diterima pada suatu perusahaan. Berdasarkan hasil uji
tempel ini karyawan barn dapat ditempatkan di bagian yang
tidak mengandung bahan yang rentan terhadap dirinya.
4) Pemeriksaan kesehatan berkala
Bertujuan untuk mengetahui dengan cepat dan tepat apakah
karyawan sudah menderita penyakit kulit akibat kerja. Apabila
dapat diketahui dengan cepat, dapat diberi pengobatan yang
adekuat atau dipindahkan ke tempat lain yang tidak membahaya-
kan kesehatan dirinya.
5) Pemeriksaan kesehatan secara sukarela
Karyawan dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter
secara sukarela apakah ada menderita suatu dermatosis akibat
kerja.
6) Pengembangan teknologi
Kerjasama antara dokter, ahli teknik, ahli kimia dan ahli
dalam bidang tenaga kerja untuk mengatur alat-alat kerja, cara
kerja atau memperhatikan bahan yang dipergunakan dalam me-
lakukan pekerjaan untuk mencegah kontaminasi kulit

Leukemia

Apakah Leukemia itu?

Leukemia adalah jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan getah bening. Semua kanker bermula di sel, yang membuat darah dan jaringan lainnya. Biasanya, sel-sel akan tumbuh dan membelah diri untuk membentuk sel-sel baru yang dibutuhkan tubuh. Saat sel-sel semakin tua, sel-sel tersebut akan mati dan sel-sel baru akan menggantikannya.

Tapi, terkadang proses yang teratur ini berjalan menyimpang, Sel-sel baru ini terbentuk meski tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel lama tidak mati seperti seharusnya. Kejanggalan ini disebut leukemia, di mana sumsum tulang menghasilkan sel-sel darah putih abnormal yang akhirnya mendesak sel-sel lain.
Apa penyebab Leukemia?

Dokter tidak selalu bisa menjelaskan mengapa ada orang yang mengidap leukemia sedangkan orang lain terhindar dari penyakit itu. Namun, kita tahu bahwa orang dengan faktor-faktor risiko tertentu lebih besar kemungkinannya terkena leukemia.

Penelitian menemukan bahwa orang yang terpapar radiasi sangat tinggi dan zat kimia industri (misalnya benzena dan formaldehida) memiliki tingkat risiko leukemia yang lebih besar.
Selain itu, pasien yang dirawat dengan obat-obatan anti-kanker (seperti bahan-bahan alkilasi) terkadang terkena leukemia beberapa tahun mendatang. Dan pasien yang terkena virus leukemia sel-T manusia (HTLV-I/Human T-cell leukemia virus-I) juga rentan terhadap penyakit ini. Faktor-faktor risiko lainnya termasuk orang dengan genetika tertentu (misalnya sindroma Down) atau kelainan darah tertentu (seperti sindroma myelodysplastic).
Gejala

Seperti semua sel-sel darah, sel-sel leukemia mengalir ke seluruh tubuh. Tergantung pada jumlah sel-sel yang abnormal dan tempat sel-sel ini terkumpul, pasien leukemia mempunyai sejumlah gejala umum antara lain:

* Demam atau keringat malam
* Infeksi yang sering terjadi
* Merasa lemah atau letih
* Sakit kepala
* Mudah berdarah dan lebam (gusi berdarah, bercak keunguan di kulit, atau bintik-bintik merah kecil di bawah kulit)
* Nyeri di tulang atau persendian
* Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut (akibat pembesaran limpa)
* Pembengkakan, terutama di leher atau ketiak
* Kehilangan berat badan

Diagnosis

Jika Anda mempunyai gejala atau hasil skrining yang mengarah ke penyakit leukemia, dokter harus mengetahui apakah gejala tersebut berasal dari kanker atau dari kondisi kesehatan yang lain. Anda akan diminta untuk menjalani tes darah dan prosedur diagnostik berikut ini:

* Pemeriksaan fisik – dokter akan memeriksa pembengkakan di kelenjar getah bening, limfa, limpa dan hati.
* Tes darah – laboratorium akan memeriksa jumlah sel-sel darah. Leukemia menyebabkan jumlah sel-sel darah putih meningkat sangat tinggi, dan jumlah trombosit dan hemoglobin dalam sel-sel darah merah menurun. Pemeriksaan laboratorium juga akan meneliti darah untuk mencari ada tidaknya tanda-tanda kelainan pada hati dan/atau ginjal.
* Biopsi – dokter akan mengangkat sumsum tulang dari tulang pinggul atau tulang besar lainnya. Ahli patologi kemudian akan memeriksa sampel di bawah mikroskop, untuk mencari sel-sel kanker. Cara ini disebut biopsi, yang merupakan cara terbaik untuk mengetahui apakah ada sel-sel leukemia di dalam sumsum tulang.
* Sitogenetik – laboratorium akan memeriksa kromosom sel dari sampel darah tepi, sumsum tulang, atau kelenjar getah bening.
* Processus Spinosus – dengan menggunakan jarum yang panjang dan tipis, dokter perlahan-lahan akan mengambil cairan cerebrospinal (cairan yang mengisi ruang di otak dan sumsum tulang belakang). Prosedur ini berlangsung sekitar 30 menit dan dilakukan dengan anestesi lokal. Pasien harus berbaring selama beberapa jam setelahnya, agar tidak pusing. Laboratorium akan memeriksa cairan apakah ada sel-sel leukemia atau tanda-tanda penyakit lainnya.
* Sinar X pada dada – sinar X ini dapat menguak tanda-tanda penyakit di dada.

Pengobatan apa yang ditawarkan?

Kemoterapi
Sebagian besar pasien leukemia menjalani kemoterapi. Jenis pengobatan kanker ini menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel leukemia. Tergantung pada jenis leukemia, pasien bisa mendapatkan satu jenis obat atau kombinasi dari dua obat atau lebih.

Pasien leukemia bisa mendapatkan kemoterapi dengan berbagai cara:

* Melalui mulut
* Dengan suntikan langsung ke pembuluh darah balik (atau intravena)
* Melalui kateter (tabung kecil yang fleksibel) yang ditempatkan di dalam pembuluh darah balik besar, seringkali di dada bagian atas - Perawat akan menyuntikkan obat ke dalam kateter, untuk menghindari suntikan yang berulang kali. Cara ini akan mengurangi rasa tidak nyaman dan/atau cedera pada pembuluh darah balik/kulit.
* Dengan suntikan langsung ke cairan cerebrospinal – jika ahli patologi menemukan sel-sel leukemia dalam cairan yang mengisi ruang di otak dan sumsum tulang belakang, dokter bisa memerintahkan kemoterapi intratekal. Dokter akan menyuntikkan obat langsung ke dalam cairan cerebrospinal. Metode ini digunakan karena obat yang diberikan melalui suntikan IV atau diminum seringkali tidak mencapai sel-sel di otak dan sumsum tulang belakang.

Terapi Biologi

Orang dengan jenis penyakit leukemia tertentu menjalani terapi biologi untuk meningkatkan daya tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini diberikan melalui suntikan di dalam pembuluh darah balik.

Bagi pasien dengan leukemia limfositik kronis, jenis terapi biologi yang digunakan adalah antibodi monoklonal yang akan mengikatkan diri pada sel-sel leukemia. Terapi ini memungkinkan sistem kekebalan untuk membunuh sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Bagi penderita dengan leukemia myeloid kronis, terapi biologi yang digunakan adalah bahan alami bernama interferon untuk memperlambat pertumbuhan sel-sel leukemia.

Terapi Radiasi
Terapi Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi) menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Bagi sebagian besar pasien, sebuah mesin yang besar akan mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel-sel leukemia ini. Beberapa pasien mendapatkan radiasi yang diarahkan ke seluruh tubuh. (Iradiasi seluruh tubuh biasanya diberikan sebelum transplantasi sumsum tulang.)

Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)

Beberapa pasien leukemia menjalani transplantasi sel induk (stem cell). Transplantasi sel induk memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat yang tinggi, radiasi, atau keduanya. Dosis tinggi ini akan menghancurkan sel-sel leukemia sekaligus sel-sel darah normal dalam sumsum tulang. Kemudian, pasien akan mendapatkan sel-sel induk (stem cell) yang sehat melalui tabung fleksibel yang dipasang di pembuluh darah balik besar di daerah dada atau leher. Sel-sel darah yang baru akan tumbuh dari sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi ini.

Setelah transplantasi sel induk (stem cell), pasien biasanya harus menginap di rumah sakit selama beberapa minggu. Tim kesehatan akan melindungi pasien dari infeksi sampai sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi mulai menghasilkan sel-sel darah putih dalam jumlah yang memadai.
Jenis dukungan apa saja yang tersedia?

CanHOPE adalah sebuah tim pendukung hasil inisiatif ParkwayHealth bersama dengan tim dokter multi-disiplin yang berupaya menjalankan metode holistik untuk merawat kanker tanpa ada biaya tambahan. Para penasehat menjalankan layanan konseling kanker melalui telepon hotline dan email, untuk memberikan dukungan emosi dan psiko-sosial kepada semua pasien dan perawatnya, agar mereka bisa mengatasi kanker dengan efektif. Layanan konseling temu muka juga bisa diselenggarakan.

Pasien, profesional kesehatan & publik juga bisa mendapatkan informasi kanker terbaru, tes skrining yang terkait, pengobatan dan rujukan ke layanan kanker yang tepat, informasi untuk layanan rehabilitasi dan layanan dukungan lanjutan, saran-saran tentang efek samping pengobatan kanker, strategi mengatasi kanker, pola makan serta gizi.

Minggu, 23 Januari 2011

THALASEMIA

A. DEFINISI
Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel
darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal
(120 hari). Akibatnya penderita thalasemia akan mengalami gejala anemia
diantaranya pusing, muka pucat, badan sering lemas, sukar tidur, nafsu
makan hilang, dan infeksi berulang.
Thalasemia terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang membentuk
protein yang dibutuhkan untuk
memproduksi hemoglobin sebagaimana
mestinya. Hemoglobin merupakan protein
kaya zat besi yang berada di dalam sel
darah merah dan berfungsi sangat penting
untuk mengangkut oksigen dari paru-paru
ke seluruh bagian tubuh yang
membutuhkannya sebagai energi. Apabila produksi hemoglobin berkurang
atau tidak ada, maka pasokan energi yang dibutuhkan untuk menjalankan
fungsi tubuh tidak dapat terpenuhi, sehingga fungsi tubuh pun terganggu dan
tidak mampu lagi menjalankan aktivitasnya secara normal.Thalasemia adalah
sekelompok penyakit keturunan yang merupakan akibat dari
ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai asam amino
yang membentuk hemoglobin.
Thalasemia adalah penyakit yang sifatnya diturunkan. Penyakit ini,
merupakan penyakit kelainan pembentukan sel darah merah.
B. PENYEBAB
Ketidakseimbangan dalam rantai protein
globin alfa dan beta, yang diperlukan
dalam pembentukan hemoglobin,
disebabkan oleh sebuah gen cacat yang
diturunkan. Untuk menderita penyakit
ini, seseorang harus memiliki 2 gen dari
kedua orang tuanya. Jika hanya 1 gen
yang diturunkan, maka orang tersebut
hanya menjadi pembawa tetapi tidak
menunjukkan gejala-gejala dari penyakit
ini.
Thalasemia digolongkan bedasarkan rantai asam amino yang terkena 2
jenis yang utama adalah :
1. Alfa – Thalasemia (melibatkan rantai alfa)
Alfa – Thalasemia paling sering ditemukan pada orang kulit hitam (25%
minimal membawa 1 gen).

2. Beta – Thalasemia (melibatkan rantai beta)
Beta – Thalasemia pada orang di daerah Mediterania dan Asia Tenggara.

Secara umum, terdapat 2 (dua) jenis thalasemia yaitu :
1. Thalasemia Mayor, karena sifat sifat gen dominan. Thalasemia mayor
merupakan penyakit yang ditandai dengan kurangnya kadar
hemoglobin dalam darah.
Akibatnya, penderita kekurangan darah merah yang bisa menyebabkan
anemia. Dampak lebih lanjut, sel-sel darah merahnya jadi cepat rusak dan
umurnya pun sangat pendek, hingga yang bersangkutan memerlukan
transfusi darah untuk memperpanjang hidupnya.
Penderita thalasemia mayor
akan tampak normal saat lahir,
namun di usia 3-18 bulan akan
mulai terlihat adanya gejala
anemia. Selain itu, juga bisa
muncul gejala lain seperti
jantung berdetak lebih kencang
dan facies cooley. Faies cooley
adalah ciri khas thalasemia
mayor, yakni batang hidung
masuk ke dalam dan tulang pipi
menonjol akibat sumsum tulang yang bekerja terlalu keras untuk
mengatasi kekurangan hemoglobin.
Penderita thalasemia mayor akan tampak memerlukan perhatian lebih
khusus. Pada umumnya, penderita thalasemia mayor harus menjalani
transfusi darah dan pengobatan seumur hidup. Tanpa perawatan yang
baik, hidup penderita thalasemia mayor hanya dapat bertahan sekitar 1-8
bulan.
Seberapa sering transfusi darah ini harus dilakukan lagi-lagi tergantung
dari berat ringannya penyakit. Yang pasti, semakin berat penyakitnya,
kian sering pula si penderita harus menjalani transfusi darah.


2. Thalasemia Minor, si individu hanya membawa gen penyakit
thalasemia, namun individu hidup normal, tanda-tanda penyakit
thalasemia tidak munculWalau thalasemia minor tak bermasalah, namun bila ia menikah dengan
thalasemia minor juga akan terjadi masalah. Kemungkinan 25% anak
mereka menerita thalasemia mayor. Pada garis keturunan pasangan ini
akan muncul penyakit thalasemia mayor dengan berbagai ragam keluhan.
Seperti anak menjadi anemia, lemas, loyo dan sering mengalami
pendarahan.

Thalasemia minor sudah ada sejak lahir dan akan tetap ada di sepanjang
hidup penderitanya, tapi tidak memerlukan transfusi darah di sepanjang
hidupnya.

C. GEJALA
Semua thalasemia memiliki gejala yang mirip, tetapi beratnya bervariasi.
Sebagian besar penderita mengalami anemia yang ringan.
Pada bentuk yang lebih berat,
misalnya beta-thalasemia mayor,
bisa terjadi sakit kuning
(jaundice), luka terbuka di kulit
(ulkus, borok), batu empedu dan
pembesaran limpa.
Sumsum tulang yang terlalu aktif
bisa menyebabkan penebalan
dan pembesaran tulang, terutama tulang kepala dan wajah. Tulang-tulang
panjang menjadi lemah dan mudah patah.
Anak-anak yang menderita thalasemia akan tumbuh lebih lambat dan
mencapai masa pubertas lebih lambat dibandingkan anak lainnya yang
normal. Karena penyerapan zat besi meningkat dan seringnya menjalani transfusi,
maka kelebihan zat besi bisa terkumpul dan mengendap dalam otot jantung,
yang pada akhirnya bisa menyebabkan gagal jantung.
Oleh karena itu, untuk
memastikan seseorang
mengalami thalasemia atau
tidak, dilakukan dengan
pemeriksaan darah. Gejala
thalasemia dapat dilihat pada
banak usia 3 bulan hingga 18
bulan. Bila tidak dirawat
dengan baik, anak-anak
penderita thalasemia mayor ini hidup hingga 8 tahun saja.
Satu-satunya perawatan dengan tranfusi darah seumur hidup. Jika tidak
diberikan tranfusi darah, penderita akan lemas, lalu meninggal.
D. DIAGNOSA
Thalasemia lebih sulit didiagnosis dibandingkan penyakit hemoglobin lainnya.
Hitung jenis darah komplit menunjukkan adanya anemia dan rendahnya MCV
(mean corpuscular volume).
Elektroforesa bisa membantu, tetapi tidak pasti, terutama untuk alfa-
thalasemia. Karena itu diagnosis biasanya berdasarkan kepada pola
herediter dan pemeriksaan hemoglobin khusus E. PENGOBATAN
Pada thalasemia yang berat diperlukan transfusi darah rutin dan pemberian
tambahan asam folat.
Penderita yang menjalani transfusi, harus menghindari
tambahan zat besi dan obat-obat yang bersifat oksidatif
(misalnya sulfonamid), karena zat besi yang berlebihan
bisa menyebabkan keracunan.
Pada bentuk yang sangat berat, mungkin diperlukan
pencangkokan sumsum tulang. Terapi genetik masih dalam tahap penelitian.

F. PENCEGAHAN
Pada keluarga dengan riwayat thalasemia perlu dilakukan penyuluhan
genetik untuk menentukan resiko memiliki anak yang menderita thalasemia.
Pengidap thalasemia yang mendapat pengobatan secara baik dapat
menjalankan hidup layaknya orang normal di tengah masyarakat. Sementara
zat besi yang menumpuk di dalam tubuh bisa dikeluarkan dengan bantuan
obat, melalui urine.
Penyakit thalasemia dapat dideteksi sejak bayi masih di dalam kandungan,
jika suami atau istri merupakan pembawa sifat (carrier) thalasemia, maka
anak mereka memiliki kemungkinan sebesar 25 persen untuk menderita
thalasemia.
Karena itu, ketika sang istri mengandung, disarankan untuk melakukan tes
darah di laboratorium untuk memastikan apakah janinnya mengidap
thalasemia atau tidak.

Kamis, 20 Januari 2011

Diare Mendadak dan Penanganannya

Penyakit diare atau berak mencret merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan balita. Apa itu diare? Apa saja yang sebaiknya dilakukan? Apa sajakah penyebab diare? Dapatkah diare ini dicegah? Bagaimana penanganan diare yang sebaiknya?

Apa itu Diare?

Jika bayi atau anak anda tiba-tiba mengalami perubahan dalam buang air besar dari biasanya, baik frekuensi / jumlah buang air yang menjadi sering dan keluar dalam konsistensi cair daripada padat, maka itu adalah diare
Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai lebih dari sepuluh kali sehari, dan bayi yang lebih besar akan mempunyai waktu buang air masing-masing, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2 kali seminggu saja. Dengan kata lain anda harus mengetahui apa yang NORMAL buat bayi atau anak anda dari kebiasaan buang air besar mereka.

Penyebab
diare :

  1. Virus (penyebab diare tersering – dan umumnya karena Rotavirus) gejala : Berak-berak air (watery), berbusa, TIDAK ada darah lendir, berbau asam.
  2. GE ( flu perut) terbanyak karena virus.
  3. Bakteri - Berak2 dengan darah/lendir , sakit perut. ----Memerlukan antibioka sebagai terapi pengobatan.
  4. Parasite(Giardiasis) - Berak darah+/- dan lendir, sakit perut.------perlu antiparasite
  5. Anak sedang terapi dengan pemakaian antibiotilka – Bila diare terjadi saat anak sedang dalam pengobatan antibiotika, maka hubungi dokter anda.
  6. Alergi susu,- diare biasanya timbul beberapa menit atau jam setelah minum susu tersebut , biasanya pada alergi susu sapi dan produk-produk yang terbuat dari susu sapi.
  7. Infeksi dari bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain ; misalnya infeksi saluran kencing, infeksi telinga, campak dll.

Gejala Diare Akut ( Diare Mendadak) :

Penyebab diare akut ( diare mendadak) tersering adalah karena VIRUS , khas berak-berak air (watery), berbusa, TIDAK ada darah atau lendir, dan berbau asam.

Penularan penyakit diare adalah kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti :

  • Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor
  • Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan tangan/ mainan / apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari
  • Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar
  • Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih.
  • Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.

Pengobatan Diare

Karena penyebab Diare akut / diare mendadak tersering adalah Virus, maka TIDAK ada pengobatan yang dapat menyembuhkan, karena biasanya akan sembuh dengan sendirinya setelah beberapa hari. Maka pengobatan diare ini ditujukan untuk mengobati gejala yang ada dan mencegah terjadinya dehidrasi atau kurang cairan.

Diare akut dapat disembuhkan HANYA dengan meneruskan pemberian makanan seperti biasa dan minuman / cairan yang cukup saja.

Yang perlu diingat pengobatan BUKAN memberi obat untuk mengHENTIKAN diare, karena diare sendiri adalah suatu mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan kontaminasi makanan dari usus. Mencoba menghentikan diare dengan obat seperti menyumbat saluran pipa yang akan keluar dan menyebabkan aliran balik dan akan memperburuk saluran tersebut.

Oleh karena proses diare ini adalah mekanisme pertahanan dari tubuh, akan sembuh dengan sendirinya setelah beberapa hari - ( 14 hari) dimana diare makin berisi - dari air ( watery) mulai berampas, berkurang frekuensi nya dan sembuh.

Yang terpenting pada diare adalah mencegah dan mengatasi gejala dehidrasi.

Yang terpenting diperhatikan pada kasus diare mendadak ini adalah:

  • Ingat menHENTIkan diare virus dengan obat bukanlah jalan terbaik. Tetapi jangan menjadi bingung bila diare tetap ada sampai beberapa hari. Karena biasanya berlangsung beberapa hari-14 hari. Dan sembuh. Tergantung dari keadaan kesehatan anak dan banyaknya cairan yang masuk.
  • Pengatasan diare adalah dengan memperhatikan adanya tanda-tanda DEHIDRASI
  • Penanganan Yang terbaik adalah tetap memberikan makanan dan minum (ASI) seperti BIASA. Bila sudah disertai muntah, untuk pengantian cairan anda dapat memberikan pedialyte ( oralit unutk anak2 dengan beberapa rasa). Kurangi makanan yang mengandung terlalu banyak GULA. Ingat memang tidak mudah memberikan anak cairan yang agak terasa asin ini, bahkan beberapa anak akan menolaknya. Tapi bersabarlah dan tetap berusaha mencari jalan supaya anak dapat meminum cairan ini.
  • Dan yang paling terpenting adalah Membuat anak kembali kemakanan padatnya ( dan / atau susu formulanya/ASI) karena ini adalah yang TERBAIK untuk mengobati diarenya. Karena sel2 usus yang dirusak oleh virus memerlukan NUTRISI untuk pembentukan kembali. Penelitian menyatakan bahwa pemberian makanan seperti BIASAnya akan memperpendek masa waktu gejala dari diare ini.

Pencegahan
Diare:

- Teruskan Pemberian Air Susu Ibu (ASI)

- Perhatikan kebersihan dan gizi yang seimbang untuk pemberian makanan pendamping ASI setelah bayi berusia 4 bulan.

- Karena penularan kontak langsung dari tinja melalui tangan / serangga , maka menjaga kebersihan dengan menjadikan kebiasaan mencuci tangan untuk seluruh anggota keluarga. Cucilah tangan sebelum makan atau menyediakan makanan untuk sikecil.

- Ingat untuk menjaga kebersihan dari makanan atau minuman yang kita makan. Juga kebersihan perabotan makan ataupun alat bermain si kecil.

Hubungi dokter anda, bila:

  • Diare disertai Darah -----perlu pengobatan spesifik dengan antibiotika.
  • Adanya tanda-tanda DEHIDRASI ( tidak ada air mata ketika menangis, kencing berkurang atau tidak ada kencing dalam 6-8 jam, mulut kering)
  • Adanya panas tinggi (.38.5C) yang tidak turun dalam 2 hari.
  • Muntah terus menerus - tidak dapat masuk makanan / asi .
  • Adanya sakit perut - kolik ----pada bayi akan menangis kuat dan biasanya menekuk kaki, keringatan dan gelisah.