Yang dimaksud dengan dermatosis akibat kerja ialah proses
patologis kulit yang timbul pada waktu melakukan pekerjaan dan
pengaruh-pengaruh yang terdapat di dalam lingkungan kerja.
Dari batasan ini terlihat bahwa penyakit kulit akibat kerja
ini boleh disebut sebagai gejala sampingan usaha manusia atau
sebagai buatan manusia. Oleh karena itu manusia dituntut untuk
mencegah atau memperkecil kemungkinan terjadinya dengan
menerapkan teknologi pengendalian.
PENYEBAB/ETIOLOGI
Penyakit kulit akibat kerja dapat disebabkan oleh 4 faktor:
1) Faktor kimiawi, dapat berupa iritasi primer, alergen atau
karninogen.
2) Faktor mekanis/fisik, seperti getaran, gesekan, tekanan,
trauma, panas, dingin, kelembaban udara, sinar radioaktif.
3) Faktor biologis, seperti jasad renik (mikroorganisme) hewan
dan produknya, jamur, parasit dan virus.
4) Faktor psikologis (kejiwaan); ketidakcocokan pengelolaan
perusahaan sering membuat konflik di antara pegawai dan dapat
menimbulkan gangguan pada kulit seperti neurodermatitis.
Sebenarnya kulit mempunyai fungsi untuk mempertahankan
diri dari serangan/rangsangan luar. Epidermis berfungsi meng-
hambat penguapan air yang berlebihan dari tubuh, menghambat
penyerapan berlebihan dari luar. Pigmen di dalam kulit me-
lindungi tubuh dari pengaruh sinar matahari. Selain itu kulit
mengandung kelenjar keringat dan pembuluh darah yang ber-
fungsi sebagai alat penjaga keseimbangan cairan tubuh, mem-
permudah timbulnya kelainan kulit.
DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit kulit akibat
kerja, sebagaimana penyakit lain, dilakukan:
a) Anamnesis
b) Pemeriksaan klinis
c) Pemeriksaan laboratorik
d) Percobaan tempel/uji tempel
a) Anamnesis
Yang perlu ditanyakan antara lain ialah :
·
Apakah sudah ada penyakit kulit sebelum masuk kerja di
perusahaan yang sekarang.
·
Jenis pekerjaan penderita.
·
Pengaruh libur/istirahat terhadap penyakitnya.
·
Apakah ada karyawan lain menderita penyakit yang sama.
·
Riwayat alergi penderita atau keluarganya.
·
Prosedur produksi di tempat kerja dan bahan-bahan yang
digunakan di tempat pekerjaan.
·
Apakah kelainan terjadi di tempat-tempat yang terpajan.
·
Bahan yang dipakai untuk membersihkan kulit dan alat
proteksi yang dipakai.
·
Lingkungan pekerjaan, tempat kerja terutama mengenai ke-
bersihan dan temperatur.
·
Kebiasaan atau hobi penderita yang mendorong timbulnya
penyakit, dan lain-lain.
b) Pemeriksaan klinis
Pertama-tama tentukan lokalisasi kelainan apakah sesuai
dengan kontak bahan yang dicurigai; yang tersering ialah daerah
yang terpajan, misalnya tangan, lengan, muka atau anggota
gerak.
Kemudian tentukan ruam kulit yang ada, kelainan kulit yang
akut dapat terlihat berupa eritem, vesikel, edema, bula, dan
eksudasi. Kelainan kulit yang kronis berupa hiperpigmentasi,
likenifikasi, kering dan skuamasi. Bila ada infeksi terlihat pustu-
lasi. Bila ada penumbuhan tampak tumor, eksudasi, lesi verukosa
atau ulkus.
c) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah, urine, tinja hendaknya dilakukan secara
lengkap. Bila ada infeksi bakteri hendaknya pus atau nanah
dibiak dan selanjutnya dilakukan tes resistensi. Bila ada jamur
perlu diperiksa kerokan kulit dengan KOH 10% dan selanjutnya
dibiak dalam media Sabouraud agar.
Pemeriksaan biopsi kulit kadang-kadang perlu dilakukan.
d) Uji tempel
Karena dermatosis akibat kerja sebagian besar berbentuk
dermatitis kontak alergis (80%) maka uji tempel perlu dikerjakan
untuk memastikan penyebab atergennya.
Bahan tersangka dilarutkan dalam pelarut tertentu dengan
konsentrasi tertentu. Sekarang udah ada bahan tes tempel yang
sudah standar dan disebut unit uji tempel; unit ini terdiri atas filter
paper disc, yang dapat mengabsorbsi bahan yang akan diuji.
Bahan yang akan diuji diteteskan di atas unit uji tempel, kemu-
dian ditutup dengan bahan impermeabel, selanjutnya ditutup lagi
dengan plester yang hipoalergis. Pembacaan dilakukan setelah
48, 72 dan 96 jam. Setelah penutup dibuka, ditunggu dahulu
1530 menit untuk menghilangkan efek plester.
Hasil 0 : bila tidak ada reaksi.
+
: bila hanya ada eritema
++
: bila ada eritema dan papul.
+++ : bila ada eritema, papul dan vesikel.
++++ : bila ada edema, vesikel.
Dalam penilaian ini harus dapat dibedakan antara reaksi
iritasi dan reaksi alergi, reaksi negatif semu dan reaksi positif
semu, untuk itu diperlukan pengalaman dan penilaian khusus.
BENTUK-BENTUK DERMATOSIS AKIBAT KERJA
Dermatitis kontak
1) Dermatitis kontak iritan
Dapat disebabkan oleh bahan iritan absolut seperti asam
kuat, basa kuat, garam logam berat dengan konsentrasi kuat dan
bahan iritan relatif, seperti sabun, deterjen, dan pelarut organik.
Dermatitis kontak oleh karena iritan absolut biasanya timbul
seketika setelah berkontak dengan iritan, dan semua orang akan
terkena. Sedangkan dermatitis kontak karena iritan relatif dapat
timbul sesudah pemakaian bahan yang lama dan berulang, dan
seringkali baru timbul bila ada faktor fisik berupa abrasi, trauma
kecil dan maserasi; oleh karena itu sering disebut traumatic
dermatitis. Kelainan yang timbul biasanya berupa hiperpigmen-
tasi, hiperkeratosis, likenifikasi, fisur dan kadang-kadang eritem
dan vesikel.
2) Dermatitis kontak alergis
Biasanya disebabkan oleh bahan dengan berat molekul ren-
dah yang disebut hapten. Kelainan kulit terjadi melalui proses
hipersensitivitas tipe IV atau proses alergi tipe lambat (Gell &
Coombs).
Hapten bergabung dengan protein pembawa menjadi aler-
gen lengkap. Alergen Iengkap difagosit oleh makrofag dan me-
rangsang limfosit yang ada di kulit yang mengeluarkan limfosit
aktivasi faktor (LAF). Sel limfosit kemudian berdiferensiasi
membentuk subset sel limfosit T memori (sel Tdh) dan sel
limfosit T helper dan sel T suppresor. Sel T memori ini bila me-
nerima informasi alergen yang sudah dikenal masuk ke dalam
kulit, maka sel Tdh akan mengeluarkan limfokin (faktor sito-
toksis, faktor inhibisi migrasi, faktor kemotaktik dan faktor
aktivasi makrofag. (Diagram).
Diagram
Dengan dilepaskannya berbagai faktor m maka akan ter-
jadi pengaliran sel mas dan sel basofil, ke arah lesi, dan timbul-
lah proses radang yang merupakan manifestasi reaksi dermatitis
kontak alergis.
Gambaran klinis umumnya berupa papul, vesiket dengan
dasar eritem dan edema, disertai rasa gatal.
Dalam perusahaan sering ditemukan beberapa bahan kimia
yang mempunyai gugusan rumus kimia yang sama. Apabila
Tabel 1. Perbedaan Dennatitis Kontak Iritan (DKI) dan Dermatitis Kon-
tak
Alergis
(DKA)
DKI DKA
1.
2.
3.
4.
4.
Penyebab
Permulaan penyakit
Penderita
Kelainan Wit
Uji tempel
Iritan primer
Kontak pertama
Semua orang
Hebat: eritem, bula
batas tegas
Eritem berbatas tegas,
bila uji tempel
diangkat reaksi
berkurang
Alergen = sensitizer
Kontak berulang
Orang yang sudah alergis
Ringan, tidak akut,
eritem, erosi, batas tidak
tegas
Eritem tidak berbatas
tegas; bila uji tempel
diangkat reaksi menetap
atau bertambah.
pekerja sudah sensitif terhadap suatu zat kimia, maka ia akan
mudah menjadi sensitif terhadap zat-zat lain yang mempunyai
rumus kimia yang bersamaan, misalnyaprokain, benzokain, para
aminobensen mempunyai gugus bensen yang sama. Apabila
seseorang sensitif terhadap prokain maka akan lebih mudah
sensitif terhadap benzokain atau PABA; ini disebut sensitisasi
silang.
Pengetahuan sensitisasi silang ini sangat penting untuk
menentukan penempatan seseorang pegawai. Yang sudah sen-
sitif terhadap suatu zat, jangan lagi ditempatkan pada tempat
yang mengandung bahan yang mempunyai rumus kimia serupa.
Contoh yang mempunyai rumus kimia yang sama ialah:
·
Rhus antigen : poison ivy, poison sumac, mangga, Japanese
decyl catechol.
·
Streptomisin, kanamisin, kiomisin.
·
Fenotiazin : prometazin, khlorpromazin, biru metilen.
Reaksi fotosensitisasi
1) Reaksifototoksik
Reaksi fototoksik terjadi karena adanya bahan iritan, tetapi
baru dapat timbul dengan bantuan sinar matahari (sinar ultra
violet); bentuk klinisnya sama seperti dermatitis kontak iritan.
Reaksi fotoiritan dapat timbul karena bahan pengawet kayu atau
residu beberapa zat lem kayu dan keramik.
2) Reaksifotoalergi
Reaksi fotoalergi terjadi oleh karena bahan photosensitizer,
dibantu dengan sinar ultraviolet dengan panjang gelombang
320425 nm.
Bentuk klinis reaksi fotoalergis umumnya menyerupai
dermatitis kontak alergis. Daerah tubuh yang terkena terutama
bagian tubuh yang terpajan matahari seperti dahi, pipi, dan
lengan bagian luar. Reaksi fotoalergi dapat timbul karena bahan
seperti ter kayu, obat antihistamin topikal, zat warna, dan lain-
lain.
Kelainan oleh karena faktor fasik
a) Luka bakar (karena panas) dalam bentuk luka bakar tingkat
I, II, dan III.
b) Cold urticaria timbul oleh karena dingin.
c) Immersion foot timbul bila kaki terlampau lama terendam
dalam air dingin, tanpa menjadi beku tetapi timbul gangren.
d) Frostbite/congelatio, radang kedinginan, kulit terasa sakit,
menjadi bengkak, pucat, mengeluarkan cairan serous
e) Radiodermatitis, dapat berupa eritem, ulserasi, dan hiper-
pigmentasi, actinic keratosis atau permulaan keganasan.
f) Heat rash, miliaria rubra; kulit menjadi merah disertai
papulovesikel yang milier.
Kelainan karena faktor biologis
Dapat berupa infeksi kulit. Yang disebabkan oleh bakteri
dapat menimbulkan folikulitis, akne, pioderma atau ulkus pio-
genik. Yang disebabkan oleh jamur ialah dermatofitosis dan
yang disebabkan kandida menyebabkan kandidiasis.
PENGOBATAN
Tindakan pertama ialah memutuskan mata rantai kontak
dengan penderita, selanjutnya dapat diberikan pengobatan yang
sesuai dengan jenis penyakitnya.
Bila kelainan kulit akut dapat diberi obat kompres, sampai
eksudasi kering. Sesudah itu dapat dilanjutkan dengan diberi
salep yang mengandung kortikosteroid. Bila ada infeksi sekun-
der dapat diberi antibiotika seperti tetrasiklin atau eritromisin.
Bila ada infeksi jamur diberi obat anti jamur.
PENCEGAHAN
Prevalensi dermatosis akibat kerja dapat diturunkan melalui
pencegahan yang sempurna; antara lain:
1) Pendidikan
Diberi penerangan atau pendidikan pengetahuan tentang
kerja dan pengetahuan tentang bahan yang mungkin dapat me-
nyebabkan penyakit akibat kerja. Selai itu, cara mempergunakan
alat dan akibat buruk alat tersebut harus dijelaskan kepada
karyawan.
2) Memakai alat pelindung
Sebaiknya para karyawan diperlengkapi dengan alat pe-
nyelamat atau pelindung yang bertujuan menghindari kontak.
dengan bahan yang sifatnya merangsang atau karsinogen. Alat
pelindung yang dapat dipergunakan misalnya baju pelindung,
sarung tangan, topi, kaca mata pelindung, sepatu, krim pelin-
dung, dan lain-lain.
3) Melaksanakan uji tempel/uji tempel foto
Maksudnya ialah mengadakan uji tempel pada calon pekerja
sebelum diterima pada suatu perusahaan. Berdasarkan hasil uji
tempel ini karyawan barn dapat ditempatkan di bagian yang
tidak mengandung bahan yang rentan terhadap dirinya.
4) Pemeriksaan kesehatan berkala
Bertujuan untuk mengetahui dengan cepat dan tepat apakah
karyawan sudah menderita penyakit kulit akibat kerja. Apabila
dapat diketahui dengan cepat, dapat diberi pengobatan yang
adekuat atau dipindahkan ke tempat lain yang tidak membahaya-
kan kesehatan dirinya.
5) Pemeriksaan kesehatan secara sukarela
Karyawan dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter
secara sukarela apakah ada menderita suatu dermatosis akibat
kerja.
6) Pengembangan teknologi
Kerjasama antara dokter, ahli teknik, ahli kimia dan ahli
dalam bidang tenaga kerja untuk mengatur alat-alat kerja, cara
kerja atau memperhatikan bahan yang dipergunakan dalam me-
lakukan pekerjaan untuk mencegah kontaminasi kulit
Kamis, 27 Januari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar